Salah satu kiat investasi d pasar modal secara aman dan menguntungkan adalah membeli saham perusahaan yang baru masuk ke pasar modal.
Potensial capital gain yang diperoleh investor berasal dari kenaikan harga saham pada hari pertama perdagangan, setelah perusahaan listing di pasar modal.
Kenaikan atau perubahan harga saham pada hari pertama listing dikenal sebagai istilah initial return (IR). Selain dari IR, investor bisa mendapatkan capital gain dari perdagangan saham yang berlangsung di pasar sekunder.
Tidak mengherankan setiap perusahaan yang masuk ke bursa selalu mendapatkan sambutan hangat dari investor karena harga yang dtawarkan cenderung terdiskon untuk untuk memberikan daya tarik terhadap saham yang ditawarkan.
Kecenderungan ini menimbulkan penawaran mengalami kelebihan permintaan (over subscribed) terhadap setiap saham yang ditawarkan perusahaan yang baru masuk pasar modal.
Saya mencatat dari 119 kali pencatatan saham perdana di PT. Bursa Efek Jakarta selama periode 1999-2006, terdapat 105 saham yang berhasil meraih kenaikan harga pada penutupan hari pertama perdagangannya dibandingkan dengan harga saham ketika Initial Public Offering (IPO) digelar.
Hanya enam saham perusahaan yang tidak mampu memberikan kenaikan harga atau IR-nya nol.
Selain itu, terdapat delapan saham perusahaan yang menunjukkan IR negative, karena harga saham ketika hari pertama perusahaan listing di bursa justru turun dibandngkan penawaran harga saham perdana.
Namun, bukan berarti saham yang IR-nya negative selama periode perdagangan saham di pasar sekunder, harganya tdak pernah naik dar level harga perdana. Konsep IR adalah hanya melihat harga penutupan di hari pertama listing dibandingkan harga perdana.
Sebagai contoh IPO PT. Bank Saudara Tbk dengan kode perdagangan SDRA yang berlangsung pada 15 Desember 2006 dengan harga perdana Rp.115 per lembar. Pada perdagangan hari pertama ditutup pada level Rp.145 per lembar atau naik 26,09%.
MELIHAT KINERJA
Kelebihan permintaan yang terjadi di pasar perdana bisa diantisipasi oleh investor, dengan masuk ke pasar sekunder dengan tetap melihat kinerja fundamental emiten yang akan dibeli.
Terkadang harga di pasar sekunder, sesaat setelah perusahaan listing di bursa masih di bawah level fundamental dari Price Earning Ratio (PER) emiten perusahaan lainnya yang sejenis. Artinya, masih relatif aman bagi investor untuk menubruk saham tersebut.
Kejadian semacam ini tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga terjadi di negara lainnya. IPO yang terjadi di Malaysia, Meksiko, Taiwan, Australia, AS, Thailand, dan masih banyak negara lain juga mengalami kejadian serupa.
Artinya, fenomena perolehan keuntungan pada hari pertama (first day trading return) menunjukkan adanya fenomena underpricing terhadap saham perdana yang ditawarkan ke pasar modal.
Meskipun, hal itu tidak terjadi pada semua saham yang masuk ke pasar modal dan kejadian pada setiap negara menunjukkan kecenderungan angka yang berbeda pula.
Umumnya, negara dengan tingkat perkembangan pasar modal yang maju mempunyai tngkat underprcing yang moderat dbandingkan dengan pasar modal di negara-negara yang dikategorikan sebagai pasar berkembang atau emerging market.
Penjaminan pelaksana emisi juga mempunyai kecenderungan menyiapkan strategi underpricing ketika harga saham perdana ditawarkan di pasar modal. Strategi ini merupakan sweetener (pemanis) untuk menarik minat dari investor.
Semoga bermanfaat dan selamat berinvestasi!
Selasa, 21 April 2009
STOCK : Daya Tarik Membeli Saham Ketika IPO
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar